Waktu pun terus berlalu, hingga suatu hari cut
linda pindah sekolah yang saat itu aku duduk di kelas 5. Beliau pindah ke
bandung ikut kedua orang tuanya yang pindah tugas ke kota dingin tersebut. Aku
dan teman-teman sangat merasa kehilangan terutama aku yang saat itu dekat
dengan nya, tapi apa boleh buat suatu pertemuan pasti akan ada perpisahan. Tapi
kami tidak terus merasa kehilangan,, aku bersama teman-teman terus bersemangat
belajar untuk menyongsong EBTANAS kelulusan tingkat sekolah dasar.
Aku
pun berdoa semoga lulus dengan nilai yang memuaskan, dan terus giat belajar
dengan mengikuti les yang diadakan oleh sekolah setiap hari sepulang dari
sekolah, Pak Nasrul wali kelas 6 terus menerus memberikan contoh-contoh soal
EBTANAS tahun-tahun lalu, kami pun semkain giat, yang pada akhirnya aku pun
lulus Sekolah Dasar dengan Nilai EBTANAS paling baik di sekolah ku. Gembira,
terharu, berkecamuk dalam pikiran ku dan pulang dengan senang hati, langung
menjumpai Bapak dan ibu seraya berkata, Bapak.... Ibu... aku lulus dengan nilai
NEM tertinggi. Ibu dan Ayah Pun merasa gembira sambil bertanya jadi mau
lanjutkan ke SMP mana nih. Aku pun binggung karena ayah memberikan 2 pilihan
yaitu SMP lama inong dan SMP babahrot.
Pada
malamnya aku pun bertekat dan mengambil keputusan bahwa aku akan mengikuti
jejak kakak-kakak ku yang sekolah di SMP lama Inong, waktu pun terus berlalu,
hingga suatu hari aku pun meranjak remaja saat itu. Waktu berlalu hingga suatu
hari aku bersama teman akrab ku namanya Rizaldi, beliau adalah anak seorang
tentara yang bertugas di lama inong, kami berteman sangat akrab dan kemana-mana
selalu berdua, serta yang paling ku benci saat itu adalah Wahyudi Satria,
dikarena kesombongannya. Tapi waktu berlalu dan kami pun berteman dan jadilah
sahabat karib.
Pada
masa SMP aku tidak mempunyai teman wanita yang akrab dengan ku, dikarenakan
dalam benak ku masih tersimpan nama Cut Linda Romantika, hanya ada teman
sekelasku yang selalu menjadi tempat ku bergaduh, aku selalu menganggu mereka.
Kecamatan
Kuala Batee Desa Blang Dalam Dusun Putra Jaya itu lah tempat ku tinggal, Aceh
saat itu pun mulai berkecamuk dengan adanya kelompok yang menamakan diri nya
Gerakan Aceh Merdeka (GAM) yang berjuang memperjuangkan hak-hak rakyat, kata mereka
semua sih bukan kata ku.
Suatu
pagi, saya dan kakak ku Abibi berangkat kesekolah dengan menggunakan sepeda.
Pagi itu kami berangkat agak telat padahal itu adalah hari senin dimana setiap
hari senin diadakan upacara bendera disekolah ku dan sekolah-sekolah yang
lainnya. Akibat terburu-buru dan saling kebut-kebutan dengan teman ku yang
bernama Zulkarnaini, beliau tinggal didekat mesjid antara perbatasan desa lama
inong dengan desa babahrot. Sangking ceria tanpa mengontrol kondisi jalan,
sampailah kami di keude lama inong, hujan mulai turun rintik-rintik dan tanpa
kontrol tiba-tiba ada sepeda motor yang menyeberang jalan dan akupun langsung
menabrak nya yang hingga sepeda yang kami naik patah. Kami pun takut tak
karuan.
Akibat dari kejadian itu, saya
dan kakak ke dua saya, mencari akal dan mulai berfikir, bagaimana cara
memperbaiki sepeda kami yang rusak, akhirnya kami tanpa lagi menghiraukan waktu
masuk sekolah sudah terlambat, membawa sepeda ke bengkel, dan kami menitipkan
sepeda tersebut dan langsung menuju kesekolah dimana sekolah kami tidak jauh
letaknya dari bengkel sepeda tersebut yaitu SMP Negeri 1 Kuala Batee.
Selepas dari proses belajar
disekolah, kami pun kembali lagi ke bengkel sepeda, dan menanyakan apa yang
harus kami ganti. pak,.... gimana dengan sepeda kami pak... ? apa yang rusak
..! seru kakak saya. Lalu tukang bengkel berkata... ini garpunya yang patah
dek, jadi harus diganti....! lalu, kakak ku bertanya, berapa pak harga garpu
sepeda kami ini, harga garpu baru itu sebesar 172.000 ujar bapak tukang
bengkel, tapi ada cara lain bila tidak ada uang nya, nih garpu masih bisa dilas
aja, jadi masih bisa di pakai, ujar nya lagi. Saya pun menjawab... boleh juga
pak, dilas aja, berapa ongkos las nya dan bisa ngak siap hari ini...? bapak
tukang bengkel pun berujar, akan kita usahakan..
Saya dan kakak saya pun
kebingungan dimana kami harus mencari uang untuk ongkos las garpu sepeda ini,
akhirnya timbullah ide bahwa kami punya celengan, akhirnya celengan tersebut
terpaksa kami belah buat ongkos perbaiki sepeda.
Sesampai dirumah kami pun
seperti orang yang tak salah, seperti biasa kami mengerjakan pekerjaan rutin
yaitu keladang membantu bapak dan ibu serta belajar dimalam hari. Seminggu
setelah kejadian tersebut, bapak menggunakan sepeda ke pasar lama inong buat belanja,
sepulang dari sana sang bapak langsung bertanya, kenapa nih sepeda nya kok
terasa tak enak dinaik, kami berdua saya dan kak bibi serentak seperti petir
disiang hari yang akan menyambar kami berdua, seraya menjawab, sepeda nya
ketabrak honda pak hari senin yang lalu, jadi garpunya patah dan cuman kami las
aja, karena uang buat beli garpu yang baru tidak cukup, ujar kakak ku abibi. Dan
bapak pun tersenyum, kenapa kok ngak bilang, jadi kan bisa kita ganti, tapi itu
sepeda dah bapak ganti tadi garpunya dan lain kali hati-hati ya waktu naik
sepeda, ujar nya.BACA JUGA KISAH KU - VI, (Klik)
0 comments:
Post a Comment