Hari berganti hari, minggu
berganti minggu dan bulan berganti bulan, serta tahun pun ikut berganti, hingga
saat itu saya duduk di kelas 2 SLTP dan Kak Bibi duduk di kelas 3 SLTP Negeri
Kuala Batee, dimana hari itu ada pengumuman bahwasannya akan ada perpisahan
anak-anak kelas 3 ke bukit lawang yang terletak di propinsi sumatera utara,
yang teak terlalu jauh bila di tempuh melalui kota tapak tuan, singkil dan
subussalam, kakak ku Abibi pun ingin ikut kesana saat itu, tapi tak berani
minta izin, begitu juga dengan diriku yang pingin ikut, dengan ongkos waktu itu
ditetapkan oleh sekolah kami sebesar Rp. 75.000,-, kembali kami berdua tak
berani mmebicarakan ini dengan kedua orang tua kami, sehingga dengan tekad yang
bulat kami kembali membuka celengan kami yang selama ini kami tabung dibawah
pohon kelapa di belakang rumah, setelah kami buka ternyata mencukupi buat kami
ikut acara perpisahan tersebut.
Akhirnya dengan tidak
memberitahukan kepada kedua orang tua kami, bahwa kami akan ikut ke bukit
lawang. Dengan memberanikan diri akhirnya kami menuju bukit lawang sumatera
utara.
Beberapa hari kami disana,
yang mengakibatkan kedua orang tua kami gelisah dan susah bahwa kami kemana,
hingga bapak mencari kesekolah, alhasil dari sekolah lah bapak tau bahwa kami
ikut perpisahan anak-anak kelas tiga kebukit lawang.
Sepulang dari sana, dengan
rasa takut akan dimarahi oleh kedua orang tua, kami memberanikan diri untuk
pulang, dan sesampai dirumah kami langsung disambut oleh kedua orang tua yaitu
ayah dan ibu, dengan wajah agak murung. Dari mana saja kalian berdua, pergi
tanpa pamit dengan orang tua dan sudah buat susah orang tua.. ujar bapak.
Sembari dengan wajah yang
ketakutan, kami berdua pun menjawab, kami ikut acara perpisahan pak, dan kami
pergi dengan kawan-kawan di sekolah serta guru-guru juga ikut... ujar kak bibi.
Emang dari mana kalian dapat uang untuk ongkos, apa kalian mencuri ya.... ujar
sang ibu. Ngak mak, kami buka celengan kami mak, buat ongkos, jadi uang iboy ma
kak bibi cukup buat ongkos kami berdua dan jajan selama disana... ujar ku pula.
Sang ayah dan ibu pun sembari
mengerutkan dahinya, emang selama ini, kalian berdua ngak pernah jajan ya
disekolah, kata sang ibu. Kami kalo lapar aja baru jajan mak, dan kalo ngak
lapar kami simpan uangnya di celengan kami, ujar kak bibi. Ya sudah..... lain
kali bila kalian ingin pergi itu pamit dulu ma orang tua ya, jangan di ulangin
lagi. Ujar sang ayah... iya pak.... jawab kami serempak.
Suara ayam pun mulai berkokok
sembari memanggil yang lainnya agar segera merapat kekandang, karena sebentar
lagi matahari akan segera terbenam, kami pin sekeluarga bersiap-siap untuk
mandi dan menunaikan ibadah sholat magrib secara berjama’ah. Selepas magrib,
kami berempat berangkat ketempat pengajian yang tak jauh dari rumah kami, yaitu
di rumah tgk. Sulaiman dengan nama panggilan tgk. Leman blang dalam saat itu.
Malam pun berlalu, kami pun
mulai dengan aktivitas masing-masing, selepas pulang dari pengajian yaitu mengerjakan
pekerjaan rumah, selama proses belajar dirumah kami selalu dibimbing oleh sang
ayah yang selalu setia menemani setiap malam dalam mengerjakan Pekerjaan rumah
dan selalu melatih kami dalam menghafal perkalian matematika untuk setiap
malamnya.
Setelah proses belajar malam
dirumah selesai, kami pun pamitan dengan ayah dan ibu, untuk nonton televisi di
rumah cek idris, karena waktu itu rumah kami tidak mempunyai televisi, seperti
rumah tetangga lainnya, itu jangan malam-malam kali ya pulangnya, karena besok
sekolah.... ujar sang ibu...... iya mak... jawab kami berempat secara serentak.
Malam pun berlalu dengan
sangat cepat,aku dan sekeluarga kembali dengan kesibukan masing-masing, kakak
ku yang paling tua, kak uli sibuk dengan persiapan sekolahnya, kak bibi dan
afni juga begitu pula dengan diri ku, ayah sibuk dengan mempersiapkan
dagangannya dan ibu pun bersiap kesekolah nya untuk mengajar, selepas pulang
dari pekerjaan rutinitas kami yaitu menuntut ilmu, seperti biasapun kami
membantu bapak keladang untuk menyiangi rumput ditanaman yang tumbuh.
0 comments:
Post a Comment