Hidup yang bergairah dan penuh
rasa kasih sayang serta keharmonisan itulah keluarga harapan. Kami sekeluarga
sangat gembira dengan rutinitas kehidupan kami, hingga suatu waktu pun rasanya
berlalu begitu cepat dan matahari pun terbit dari ufuk timur dan terbenam
keufuk barat.
Suatu hari saya beserta kakak
dan adik saya membuat kesalahan yang sangat fatal, karena kami bermain dalam
tanaman terong di ladang, sehingga membuat tanaman tersebut patah dan mati,
akibat dari itu membuat sang bapak marah besar dan kami pun di pukuli oleh sang
bapak sampai memar, lalu sang bapak pun marah-marah tak karuan sehinggu muncul
pertanyaan dari sang bapak. Kalian ini memang tak punya akal dan pikiran, apa
kalian tidak tau ya ... gimana capeknya merawat tanaman dan membesarkannya.
Dasar anak ngak tau untung, kalian lahir dari mana... jawab...! ujar sang bapak
sambil kayu yang dipegang untuk memukuli kami.
Sambil menangis kami berempat
hanya bisa diam, lalu tiba-tiba kak bibi menjawab... kami lahir dari pantek
pak....... sang bapak pun marah besar dan beringas dan menyuruh kami pulang.
Sesampai dirumah kami berempat
disetrap tak dikasih makan, selama 3 hari, sehingga pada hari kedua kak uli,
kakak pertama saya sebagai juru masak di rumah harus mencari akal, dia pun
mengambil nasi putih dan dimasukkan kedalam kantong plastik buat kami makan
ntar malam dikamar.
Kami pun makan dikamar dan
cuman dengan nasi putih saja tanpa air, sambil meneteskan air mata, saya pun
berfikir, benar-benar ngak sayang kedua orang tua kami terhadap anak-anaknya.
Tiba-tiba terdengar suara sang ayah... mana anak-anak buk, kok pada ngak
keliatan, lalu sang ibu menjawab ya dikamar tuh mereka. Lalu sang bapak
memanggil.... kakak, abibi, iboy, afni.. sini kalian, dengan hati dan pikiran
yang kacau.. apakah kami akan dihajar kembali atau tidak, kami pun segera
keluar, lalu sang ayah menyuruh kami duduk di meja makan sembari berkata,.. nih
makan jangan sampai ntar sakit perutnya.
Tanpa berfikir panjang kami
pun makan dengan lahap sembari mendengarkan nasihat yang diberikan kepada kami
oleh sang ayah. Dan semenjak kejadian itu kami pun bekerja mulai hati-hati agar
bapak tidak marah lagi kepada kami.
Waktu pun berlalu ditahun 1996
kak bibi pun tamat sekolah SMP dan dia pun ingin melanjutkan sekolah SMTI yang
ada di banda aceh kota propinsi aceh, lalu dengan izin dari sang bapak dan ibu,
beliau berangkat kebanda aceh untuk melanjutkan study nya. Dan tinggal lah kami
bertiga dirumah.
Aceh saat itu mulai tak nyaman
buat sebagai tempat tinggal karena adanya gerakan aceh merdeka yang tujuan nya
adalah memperjuangkan harta dan bumi aceh dari tangan orang-orang indonesia.
Sehingga kak uli pun selesai SMA berangkat duluan ke lhokseumawe. Dan tinggallah
aku dan adek ku afni di rumah. Dan kami harus mendengarkan ejekan dari
teman-teman disekolah kami yang mengatakan bahwa kami anak jawa tidak boleh
tinggal dibumi aceh, karena jawa lah yang telah merebut harta aceh.
Dengan pikiran yang tak kuruan
pulang sekolah kami langsung pulang, dan sesampai dirumah sang bapak sedang ada
tamu, aku tidak mengenalnya. Dan yang sempat aku dengar orang tersebut meminta
uang kepada bapak untuk membantu perjuangan gerakan aceh merdeka, dan apabila
tidak diberikan, maka bapak harus angkat kaki dari bumi aceh.
Sang bapak tanpa memikir
panjang, masuk kedalam kamar dan membawa surat tanah kami, sembari berkata,
kalo uang saya tak punya, yang ada hanya sebidang tanah dan ini sertifikatnya,
bila memnag butuh silahkan ambil sertifikat ini dan tolong dijual berapa yang
kamu butuhkan. Ujar sang ayah, lalu tamu itu pun tanpa pikir panjang mengambil
dan beranjak keluar rumah.
Pada malam harinya sang bapak
bercerita dengan ibu soal kejadian yang terjadi tadi siang serta mengambil keputusan
berdua. Begini aja ujar sang ibu, malam ini bapak berangkat langsung ke
lhokseumawe dan tinggal dulu bersama saudara ibu yang ada disana, sembari ibu
mengurus surat pindah sekolah anak-anak dulu.
Lalu malam itu juga sang bapak
langsung berangkat kelhokseumawe dengan menggunakan bus PMTOH, menuju banda
aceh dan langsung ke lhokseumawe, maka tinggallah kami bertiga dirumah, yaitu
ibu, aku dan afni.
Keesokan harinya kondisi
semakin tidak kondusif di bumi aceh. Perang terjadi dimana-mana disudut
pedalaman desa. sang ibupun mulai mengurus surat-surat pindah sekolah kami, dan
aku pun duduk di kelas 1 SMA negeri 1 Susoh, dan adek ku afni duduk di kelas 2
SMP Negeri 1 Kuala Batee.
Malam mencekam, yang ada terdengar
suara jangkrik dan kodok, kadang-kadang terdengar suara mobil panser punya
tentara lewat untuk berpratoli, dan malam itu dirumah, kami sedang
mempersiapkan barang-barang yang akan kami bawa ke lhokseumawe, karena besok
kami harus berangkat kelhokseumawe.
Waktu berlalu dengan sangat
cepat, aceh terkenal di seluruh dunia. Dan saat itu aku baru duduk dikelas 1
sma susoh dan sebentar lagi ujian kenaikan kelas akan dimulai. Sehingga sang
ibu pun membatalkan keberangkatan. Dan sang ibu berujar, persiapkan diri untuk
ujian naik kelas.
0 comments:
Post a Comment